Cerita Rakyat Jambi | Putri Cermin Cina
Tuan Muda Selat Dan
Putri Cermin Cina
Pernahkah
mendengar kisah Puteri Cermin Cina? Mungkin tak asing lagi bagi masyarakat Desa
Senaning, Lubuk Ruso, dan Selat yang terletak di Kecamatan Pemayung,
Batanghari. Legenda ini sangat lekat dengan tiga desa yang berbatasan dengan
Kabupaten Muarojambi itu. Bagaimana kisah Legenda Puteri Cermin Cina tersebut?
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.serta penyabar.
Menelusuri Legenda Puteri Cermin Cina dari Batanghari,Pepohonan masih rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah yang menggerombol ditepi Sungai Batanghari. Setiap ruas jalan masih tampak ranjau-ranjau kotoran sapi, ternak warga yang dibiarkan lepas. Itulah Desa Senaning. Sebuah desa yang terletak di antara Desa Kuap dan Desa Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Batanghari.
Desa Kubu Kandang dan Desa Kuap sebelum memasuki Desa Senaning. Tibalah di rumah seorang mantan kepala Desa Senaning yang bernama Munzir (56). Setelah terlibat perbincangan ringan, Jambi Independent menanyakan tentang kisah Putri Cermin Cina yang tersohor dan menjadi cerita rakyat khas Jambi, selain cerita rakyat lainnya.
Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina. Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik hati, dan lemah lembut.serta penyabar.
Menelusuri Legenda Puteri Cermin Cina dari Batanghari,Pepohonan masih rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah yang menggerombol ditepi Sungai Batanghari. Setiap ruas jalan masih tampak ranjau-ranjau kotoran sapi, ternak warga yang dibiarkan lepas. Itulah Desa Senaning. Sebuah desa yang terletak di antara Desa Kuap dan Desa Lubuk Ruso, Kecamatan Pemayung, Batanghari.
Desa Kubu Kandang dan Desa Kuap sebelum memasuki Desa Senaning. Tibalah di rumah seorang mantan kepala Desa Senaning yang bernama Munzir (56). Setelah terlibat perbincangan ringan, Jambi Independent menanyakan tentang kisah Putri Cermin Cina yang tersohor dan menjadi cerita rakyat khas Jambi, selain cerita rakyat lainnya.
Munzir lalu
bercerita bahwa memang kisah itu ada sejak dulu. “Lah zaman bengen (dulu)
cerita tu ado, nenek sayo yang cerito,” tuturnya. Ia menjelaskan bahwa cerita
itu diperoleh dari neneknya yang bernama Rahina yang sangat pintar mendongeng.
Nenek Rahina meninggal sekitar tahun 1976 ketika usianya 125 tahun.
Munzir berkisah bahwa zaman dulu, Bujang Senaning sedang bermain gasing bersama Bujang Selat. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam rumah. Rumah zaman dahulu masih berbentuk rumah panggung. Saat Bujang Senaning melepaskan tali gasing, gasing yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas kening Puteri Cermin Cina dan seketika itu juga ia meninggal dunia.
Mengetahui kematian kekasihnya itu, Bujang Senaning kemudian menerkam tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri dan Bujang Selat kemudian pergi meninggalkan kedua mayat itu dengan tujuan tak tentu. Ia pergi bersama warga dengan perahu dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang diri, tak tentu rimbanya. Sejak itu, warga yang jadi pengikut Bujang Selat menamakan daerah tempat mereka ditinggalkan dengan nama Selat.
“Pulau Selat itu perahunyo si Bujang Selat, samo seperti Pulau Senaning itu, dulunyo perahunyo si Bujang Senaning. Daratan yang ado kayu-kayunyo itu,” tambah Munzir, ketika menunjukkan Pulau Senaning yang tak jauh dari rumahnya.
Sekilas cerita Munzir dengan cerita para blogger di internet ada yang berbeda dari segi penamaan tokohnya, namun inti ceritanya sama; dua orang pemuda yang bermain gasing. Dan gasing itu mengenai Putri Cermin Cina hingga meninggal. Semisal dibuku maupun di internet memakai nama Bujang Senaning dan Bujang Selat. Muda Senaning dan Tuan Muda Selat.
Muzir menunjukkan letak makam Bujang Senaning yang mati bunuh diri ketika melihat Puteri Cermin Cina meninggal karena gasingnya. Makam itu tak berbentuk lagi, berupa semak tak terawat. “Itu makamnyo, nampak pohon puding, tando ado makam,” jelas Munzir.
Yang menarik dari perkataan Munzir soal asal-usul Desa Senaning ini adalah kisah lain dari kata Senaning. Ia berkata bahwa dahulu ada serombongan yang berasal dari Tebo datang, saat akan membuka lahan, salah seorang dari mereka digigit naning (lebah berwarna kekuningan) dan mati. Dari kata naning itulah nama senaning muncul dan dipakai hingga saat ini.
Munzir berkisah bahwa zaman dulu, Bujang Senaning sedang bermain gasing bersama Bujang Selat. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam rumah. Rumah zaman dahulu masih berbentuk rumah panggung. Saat Bujang Senaning melepaskan tali gasing, gasing yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas kening Puteri Cermin Cina dan seketika itu juga ia meninggal dunia.
Mengetahui kematian kekasihnya itu, Bujang Senaning kemudian menerkam tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri dan Bujang Selat kemudian pergi meninggalkan kedua mayat itu dengan tujuan tak tentu. Ia pergi bersama warga dengan perahu dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang diri, tak tentu rimbanya. Sejak itu, warga yang jadi pengikut Bujang Selat menamakan daerah tempat mereka ditinggalkan dengan nama Selat.
“Pulau Selat itu perahunyo si Bujang Selat, samo seperti Pulau Senaning itu, dulunyo perahunyo si Bujang Senaning. Daratan yang ado kayu-kayunyo itu,” tambah Munzir, ketika menunjukkan Pulau Senaning yang tak jauh dari rumahnya.
Sekilas cerita Munzir dengan cerita para blogger di internet ada yang berbeda dari segi penamaan tokohnya, namun inti ceritanya sama; dua orang pemuda yang bermain gasing. Dan gasing itu mengenai Putri Cermin Cina hingga meninggal. Semisal dibuku maupun di internet memakai nama Bujang Senaning dan Bujang Selat. Muda Senaning dan Tuan Muda Selat.
Muzir menunjukkan letak makam Bujang Senaning yang mati bunuh diri ketika melihat Puteri Cermin Cina meninggal karena gasingnya. Makam itu tak berbentuk lagi, berupa semak tak terawat. “Itu makamnyo, nampak pohon puding, tando ado makam,” jelas Munzir.
Yang menarik dari perkataan Munzir soal asal-usul Desa Senaning ini adalah kisah lain dari kata Senaning. Ia berkata bahwa dahulu ada serombongan yang berasal dari Tebo datang, saat akan membuka lahan, salah seorang dari mereka digigit naning (lebah berwarna kekuningan) dan mati. Dari kata naning itulah nama senaning muncul dan dipakai hingga saat ini.
Pada suatu sore
yang cerah, datang saudagar muda ke daerah itu, saudagar muda itu bernama Tuan
Muda Senaning. Mula-mula tujuan Tuan Muda Senaning hanya untuk berdagang, namun
saat penjamuan makan Tuan Muda Senaning bertamu dengan Putri Cermin Cina.
seketika itu Tuan Muda Senaning jatuh hati pada Putri Cermin Cina. Demikian
pula, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda Senaning.
Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Senaning datang kepada
ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.
Tidak lama kemudian
tuan Muda Senaning datang mengahadap Sutan Mambang Matahari untuk melamar Putri
Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan senang hati menerima lamaran Tuan
Muda Senaning karena memang Tuan Muda Senaning mempunyai perangai yang baik dan
sopan. Tapi Sutan Mambang Matahari terpaksa menunda pernikahan Tuan Muda
Senaning dengan Putri Cermin Cina selama tiga bulan karena Sutan harus berlayar
untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya. Sebelum berangkat berlayar,
Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan Muda Selat untuk menjaga adiknya
dengan baik.
Pada suatu hari,
selepas keberangkatan Sutan Mambang Matahari, TuanMuda Senaning dan Tuan Muda
Selat asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak
makin lama makin asyik sehingga orang yang memdengarpun turut tertawa senang.
Hal itu mebuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya
dan calon suaminya, ia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina
terlihat oleh dua orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Senaning
melepas tali gasingnya. Gasing Tuan Muda Senaning mengenai gasing Tuan Muda
Selat. Karena berbenturan keras sama keras, gasing Tuan Muda Selat melayang dan
terpelanting tinggi.
Gasing itu
terpelanting kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing itu
berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina menjerit kesakitan.
Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, ia jatuh ke lantai tak sadarkan
diri. semua orang panik dan berusaha menolong Putri Cermin Cina. Namun takdir
berkata lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya menghembuskan nafas yang
terakhir.
Tuan Muda Senaning
sangat merasa bersalah atas kematian Putri Cermin Cina, dia menjadi putus asa
dan gelap mata. Dia melihat dua tombak bersilang di dinding, dengan cepat
tombak itu di tarik dan di tancapkan ke tanah dengan posisi mata tombak mencuat
ke atas. Kemudian Tuan Muda Senaning melompat kearah mata tombak dan seketika
itu mata tombak menembus perutnya hingga punggungnya. Tuan Muda Senaning
meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina.
Semua warga
membantu mengurus dua jenazah orang yang saling jatuh cinta itu. Tuan MudaSelat
begitu kalut dan bingung. Ayahandanya pasti marah besar apabila mengethui
keadin itu. kedua jenazah itu akhirnya dikuburkan. Jenazah putri Cermin Cina
dikubur di tepi sungi, Sedangkan jenazah Tuan Muda Senaning dibawa anak buahnya
ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Senaning
dikuburkan di tempat itu diberi nama dusun Senaning.
Artikel Terkait : Asal Usul Nama Sungai Batanghari
Tuan Muda Selat
juga merasa bersalah atas kematian adik tercintanya, dia terus menyalahkan
dirinya karena gasingnya, Putri Cermin Cina meninggal dunia. Akhirnya Tuan Muda
Selat pergi meninggalkan negerinya bersama orang-orang kampung. Orang-orang
yang ikut dengannya ditinggal di suatu tempat dan tempat itu di sebut Kampung
Selat. Namun Tuan Muda Selat pergi tanpa memiliki tujuan yang jelas.
Tidak lama
kemudian Sutan Mambang Matahari tiba di kampungnya. Sutan bingung karena
kampungnya begitu sepi, dia menuju istanan namun hanya tersisa beberapa orang
yang menjaga istana beberapa orang yang menjaga istana. Setelah Sutan tahu
tentang kejadian sebenarnya, Sutan Mambang Matahari merasa sedih, kemudian ia
beserta pengikutnya pergi meninggalkan kampungnya, mereka pergi ke dusun
seberang dan mendirikan kampung disana. Kampung itu terletak diantara kubur
Tuan Muda Senaning, dan kapal Tuan Muda Selat. Kampung itu bernama Dusun Tengah
Lubuk Ruso.
Legenda cerita ini
oleh rakyat Jambi dianggap benar-benar terjadi karena ada hubungannya dengan
nama-nama kampung di Kabupaten Batanghari, Jambi.
Amanat yang
terkandung dalam cerita rakyat ini adalah apabila melakukan sesuatu jangan
ceroboh karena sedikit kecerobohan akan dapat menimbulkan akibat yang fatal,
saat mendapat musibah harus di terima dengan ikhlas karena itu kehendak Yang
Kuasa, jangan menghadapi sesuatu dengan gelap mata, semua harus dipikiran
dengan matang dan pikiran yang tenang, dan juga jangan melepas tanggung jawab
yang telah di bebankan pada kita.
No comments: