Makalah Pendidikan Dalam Perspektif Kebudayaan
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah ini dengan judul "Pendidikan dalam
perspektif kebudayaan" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal
mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat
mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan
besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Muara Bulian, 23 Desember 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
...........................................................................................
i
Daftar Isi
......................................................................................................
ii
BAB I : Pendahuluan
A.
Latar Belakang
.................................................................................
iii
B.
Rumusan Masalah
........................................................................... iv
BAB II : Pembahasan
A.
Konsep Pendidikan ...........................................................................
1
B.
Konsep Kebudayaan
........................................................................
3
C.
Pendidikan dalam perspektif kebudayaan
......................................... 5
D.
Membentuk manusia indonesia seutuhnya
....................................... 8
BAB III : Penutup
A.
Kesimpulan
.......................................................................................
11
Daftar Pustaka
.............................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berperan strategis dalam
pengembangan budaya. Akan menjadi apa sebuah bangsa sangat tergantung pada
pendidikan yang mereka lakukan. Pendidikan merupakan suatu sistem untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus
sebagai upaya pewarisan nilai-nilai budaya bagi kehidupan manusia. Dengan
demikian, pendidikan merupakan produk budaya dan sebaliknya budaya merupakan
produk pendidikan. Pendidikan secara praktis tak dapat dipisahkan dengan
nilai-nilai budaya. Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara
proses mantransfernya yang paling efektif dengan cara pendidikan.
Pendidikan dan kebudayaan adalah dua
kata saling berhubungan erat. Bahkan keduanya tidak dapat dipisahkan, karena
keduanya merupakan entitas yang saling mencakupi. Pendidikan itu sendiri adalah
kebudayaan. Karena pendidikan adalah kerjanya manusia. Kegiatan pendidikan
merupakan proses pembudayaan, artinya pendidikan membuat manusia menjadi
berbudaya. Kebudayaan merupakan salah satu landasan bagi pendidikan, karena di
dalamnya terkandung nilai nilai kehidupan dan menjadi pedoman hidup masyarakat
dimana pendidikan itu berlangsung.
Tujuan pendidikan pun adalah
melestarikan dan selalu meningkatkan kebudayaan itu sendiri, dengan adanya
pendidikanlah kita bisa mentransfer kebudayaan itu sendiri dari generasi ke
generasi selanjutnya. Dan juga kita sebagai masyarakat mencita-citakan
terwujudnya masyarakat dan kebudayaan yang lebih baik ke depannya, maka sudah
dengan sendirinya pendidikan kitapun harus lebih baik lagi.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Pendidikan?
2.
Apa pengertian Kebudayaan?
3.
Apa hubungan antara Kebudayaan dengan Pendidikan?
4.
Bagaimana membentuk manusia Indonesia seutuhnya?
[1]BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep
Pendidikan
Secara ontologis, sasaran
obyek pendidikan adalah manusia. Karena Manusia mengandung banyak aspek dan
sifatnya yang kompleks, karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak ada
sebuah batasan yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara
lengkap. Batasan pendidikan yang dirumuskan oleh para ahli sangat beraneka
ragam, dan kandungannyapun berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau
karena falsafah yang melandasi luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam
pengertian yang sederhana, pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan
dan mengembangkan potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai yang ada dalam masyarakat.
Adapun menurut Carter V.Good dalam
Dictinary of Education bahwa pendidikan itu mengandung pengertian:
Proses perkembangan kecakapan
seseorang dalam bentuk sikap dan prilaku yang berlaku dalam masyarakatnya
Proses sosial dimana seseorang
dipengaruhi oleh sesuatu lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga
ia dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan pribadinya.
Sedangkan menurut konsep yang
dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of
Western Education bahwa: Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan
pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi
berikutnya.
Pendidikan tidak hanya dipandang
sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan ketrampilan saja, namun
diperluas, sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan
kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang
memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan
yang akan datang, tetapi untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami
perkembangan menuju ke tingkat kedewasaan.
Dalam pengertian yang sederhana atau
umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses
menaburkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang hidup dan dihidupi
oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang di dalam suatu masyarakat. Inilah
pendidikan suatu proses pembudaya.
Menurut Horton dan Hunt, pendidikan
berkaitan dengan fungsi yang nyata yaitu:
Ø Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.[2]
Ø Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi
dan bagi kepentingan masyarakat.[3]
Ø Melestarikan kebudayaan.
Ø Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi
dalam demokrasi.
B. Konsep
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal
dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan
juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Menurut E.B. Tylor dalam H. Abu
Ahmadi (2004) kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soekiman Soemardi (dalam H. Abu Ahmadi, 2004)
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material
culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar
kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Manusia
sebagai makhluk berakal dan berbudaya selalu berupaya untuk mengadakan
perubahan. Dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis, manusia terus berevolusi
meningkatkan kualitas hidup yang semakin maju.[4]
Dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989)
menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:






Kneller (Imran Manan, 1989)
menyebutkan tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan, yaitu:
ü Originasi atau penemuan-penemuan baru
ü Difusi atau pencampuran budaya baru dengan budaya lama
ü Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai
dengan keadaan zaman
C. Pendidikan
dalam Perspektif Kebudayaan
Dilihat dari sudut pandang individu,
pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu.
Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan
nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai
budaya tersebut tetap terpelihara. Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan
kebudayaan sangat erat hubungannya karena keduanya berkesinambungan, keduanya
saling mendukung satu sama lainnya.[5]
Pendidikan dapat dikonsepkan sebagai
proses budaya manusia. Kegiatannya dapat berwujud sebagai upaya yang
dipikirkan, dirasakan dan dikehendaki manusia. Pada dasarnya pendidikan
merupakan unsur dan peristiwa budaya. Pendidikan merupakan proses budaya untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan merupakan proses budaya
dimana generasi manusia berturut-turut mengambil peran sehingga menghasilkan
peradaban masa lampau dan mengambil peran di masa kini serta mampu menciptakan
peradaban di masa depan.
Hasil kebudayaan juga ditransmisikan
dari generasi tua kepada generasi muda. Selain kebudayaan yang ada,
ditransmisikan melalui pendidikan tetapi juga ada perubahan-perubahan sesuai
dengan kondisi baru, sehingga terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai
dan norma-norma baru yang sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
Dengan pendidikan kebudayaan dapat diwariskan, dan dengan pendidikan kebudayaan
dapat diperbaharui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Dengan kata lain pendidikan memiliki
tiga peran yaitu sebagai pewarisan, sebagai pemegang peran, dan sebagai pemberi
kontribusi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan sebagai aset untuk
pemeliharaan masa lampau, penguatan individu dan masyarakat sekarang serta
sebagai penyiapan manusia untuk berperan pada masa yang akan datang.
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan baik, pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu untuk memelihara dan melestarikannya, sedangkan budaya yang tidak
perlu seperti egosentris (mementingkan diri sendiri) harus dikurangi.
Pendidikan sebagai proses upaya
pemeliharaan dan berperan dalam membangun peradaban dan pendidikan tidak
terbatas pada benda-benda yang tampak seperti bangunan fisik melainkan meliputi
gagasan, perasaan, kebiasaan, peran dan kehidupan masa sekarang juga tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masa yang akan datang, karena pemeliharaan peradaban
manusia merupakan tugas tanpa akhir.
Pada hakikatnya manusia sebagai
makhluk budaya dapat menyesuaikan diri dengan kebudayaan setempat. Salah satu
cara menjaga kebudayaan adalah melalui pengajaran. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai penyampai, pelestari, dan
sekaligus pengembangan kebudayaan.[6]
Lebih lanjut secara jelas disebutkan
bahwa pendidikan itu merupakan bagian dari kebudayaan. Pendidikan itu merupakan
bagian integral dari kebudayaan. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan
jelas bahwa pendidikan nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan,
sebab pendidikan nasional berakar pada kebudayaan Indonesia.
Ciri khusus agar pendidikan menjadi
pusat kebudayaan adalah :
a.
Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan
dapat tercapai secara optimal maka perlu diperhatikan antara lain:
Ø Tujuan; baik tujuan institusional, tujuan kurikuler,
maupun tujuan instruksional dirumuskan secara jelas, tepat, berdasarkan
kompetensi.
Ø Materi pelajaran; berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan, sesuai kebutuhan untuk mencapai kompetensi, dan isi. Materi
pelajaran disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan. Organisasi materi
harus dapat memberi kesempatan menganalisis, menyimpulkan, berbuat sesuatu, dan
mengerjakan sesuatu.
Ø Metode pengajaran bervariasi; dapat meningkatkan siswa
untuk berdis-kusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.[7]
b.
Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior)
diperhatikan. Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
c.
Fasilitas dan perlengkapan yang memadai; sehingga
dapat mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
d.
Menciptakan masyarakat belajar
e.
Pendidikan hendaknya menciptakan siswa agar ada upaya
untuk selalu ingin tahu dan agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
f.
Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
g.
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat
sekitarnya, maka sekolah dapat menjadi pusat kebudayaan.
D. Membentuk
manusia Indonesia seutuhnya
Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II
pasal 4 adalah:
(1) Manusia yang beriman,
(2) Memiliki pengetahuan dan
ketrampilan,
(3) Memiliki kesehatan jasmani dan
rohani,
(4) Kepribadian yang matap dan
mandiri,
(5) serta memiliki rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan merupakan sarana untuk
membudayakan anak. Hal ini tercermin dari fungsi sekolah adalah
mentransformasikan nilai budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Lebih
lanjut hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan hubungan transformatif.
Dalam arti positif pendidikan dapat dipandang sebagai kegiatan inovasi. Melalui
pendidikan di sekolah, pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar
sekolah dapat dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari
pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk
pembudayaan.[8]
Peranan sekolah dalam hal
kebudayaan, yaitu:
a.
Peranan sekolah sebagai pewaris
Kebudayaan tidak dengan sendirinya
dimiliki anak didik tanpa diajarkan (ditransmisikan) kepada anak/dipelajari
terlebih dahulu.
b.
Peranan sekolah sebagai pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan
pantas untuk dilestarikan, maka sekolah perlu memelihara, sedang budaya yang
tidak perlu seperti egosentris (mementingkan diri sendiri) harus bisa
dikurangi.
c.
Peranan sekolah sebagai pembaharu kebudayaan
Budaya yang tidak sesuai dengan
kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak
masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga timbul budaya-budaya baru di
kemudian hari.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan bukan hanya menjadikan
manusia itu berbeda dengan binatang yang dapat makan, minum, berpakaian dan
mempunyai tempat tinggal, tetapi juga merupakan suatu proses humanisasi atau
proses pemanusiaan seseorang. Hal ini berarti bahwa inti pendidikan ialah
memiliki dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku di dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai tersebut hidup dan berkembang,
dikembangkan di lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Orientasi
kebudayaan tersebut merupakan tuntutan kehidupan masa depan termasuk kehidupan
global.
Pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan. Dengan pendidikan kebudayaan dapat diwariskan, dan dengan
pendidikan kebudayaan dapat diperbaharui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
masyarakat.
Tanpa proses pendidikan tidak
mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Melalui pendidikan,
kepribadian seseorang itu dibentuk dan dikembangkan. Individu yang dididik
melalui pendidikan merupakan kreator dan sekaligus sebagai manipulator dari
kebudayaannya. Tanpa kepribadian manusia tidak ada kebudayaan, meskipun
kebudayaan bukanlah sekedar jumlah dari kepribadian kepribadian. Sebaliknya
kebudayaan akan sangat diperlukan upaya pembentukan kepribdian. Kesenian
misalnya, sebagai aspek kebudayaan, sangat besar peranannya dalam pengembangan
kepribadian seseorang, dan karena itu sangat penting bagi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Munib, Achmad. 2009. Pengantar Ilmu
Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
Pidarta, Made. 2009. Landasan
Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments: