MAKALAH PENGANGGURAN LENGKAP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari
berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih
pada negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti
Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan
kemiskinan di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan
solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat
langkah Negara Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama
yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka
pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi
adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang
secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Masalah
ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok
yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di
Indonesia.
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus
diamati adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja
perekonomian ini dapat saling berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pengangguran dan inflasi?
b. Apa hubungan antara Pengangguran dan Inflasi?
c. Bagaimana dampak Pengangguran dan Inflasi terhadap
Masyarakat Indonesia?
1.3 Tujuan Makalah
– Memahami konsep Pengangguran & Inflasi
– Mempelajari hubungan antara Pengangguran & Inflasi
– Mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
– Memahami konsep Pengangguran & Inflasi
– Mempelajari hubungan antara Pengangguran & Inflasi
– Mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengangguran
A. Definisi Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan
kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu
rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya
yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk
orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari
dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang
ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran
terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
B. Jenis-Jenis
Pengangguran
- Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan
menjadi 3 macam :
Ø Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
adalah Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan
tertentu.
Ø Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan
pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
Ø Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah
Tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis
ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha
secara maksimal.
- Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran
dikelompokkan menjadi 7 macam :
Ø Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang
sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi
geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja penganggur yang
mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan
pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan
meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang
lebih baik dari sebelumnya.
Ø Pengangguran Konjungtural (Cycle Unemployment)
Pengangguran Konjungtoral adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus
ekonomi.
Ø Pengangguran Struktural (Structural Unemployment)
Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang
diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka
panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti :
ü Akibat permintaan berkurang
ü Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
ü Akibat kebijakan pemerintah
Ø Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)
Pengangguran Musiman adalah keadaan menganggur karena
adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus
nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, pedagang durian
yang menanti musim durian.
Ø Pengangguran Siklikal
Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang
menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga
kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
Ø Pengangguran Teknologi
Pengangguran Teknologi adalah pengangguran yang
terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
Ø Pengangguran SiklusPengangguran Siklus adalah
pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena
terjadi resesi. Pengangguran Siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan
masyarakat (aggrerate demand).
C. Penyebab terjadinya
Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan
kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya
GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
D. Dampak terjadinya Pengangguran
- Bagi Perekonomian Negara
ü Penurunan pendapatan perkapita.
ü Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor pajak.
ü Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh pemerintah.
- Bagi Masyarakat
ü Pengangguran merupakan beban psikologis dan psikis.
ü Pengangguran dapat menghilangkan keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
ü Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
E.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
1. Kebijakan
Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang penting
untuk mengatasi pengangguran. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat
dapat ditambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional dan tingkat
penggunaan tenaga kerja. Apabila dilihat dari sisi perpajakan, untuk mengatasi
masalah pengangguran langkah yang harus dilaksanakan adalah mengurangi pajak
pendapatan. Pengurangan pajak akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk
membeli barang dan jasa. Sehingga pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan.
Kenaikan pengeluaran rumah tangga akan meningkatkan juga pengeluaran secara
keseluruhan. Dengan demikian pendapatan nasional akan bertambah yang pada
akhirnya kesempatan kerja meningkat dan pengangguran berkurang.
2. Kebijakan
Moneter
Cara pemerintah (melalui bank sentral) dalam mengatasi
pengangguran yaitu dengan menambah jumlah penawaran uang. Semakin meningkatnya
penawaran uang maka akan menurunkan suku bunga dan meningkatkan investasi.
Jumlah investasi yang semakin meningkat akan menambah kesempatan kerja yang
pada akhirnya akan mengurangi pengangguran.
2.2 INFLASI
A. Defini Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar
yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat
yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu. banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan,
yaitu
1. inflasi ringan,
2. sedang
3. berat
4. hiperinflasi.
Inflasi
ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;
inflasi sedang antara 10%—30% setahun; inflasi berat antara 30%—100% setahun;
dan inflasi hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
B. Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu
1. inflasi yang berasal
dari dalam negeri
2. inflasi yang berasal
dari luar negeri.
Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi
akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak
uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai
akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi
barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan
pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan
dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).
Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat
harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang
lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hiperinflasi).
C. Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
- tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar)
- desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi) dan juga termasuk kurangnya distribusi.
Untuk sebab pertama lebih
dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan
untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor
yang dalam hal ini dipegeng oleh Pemerintah seperti fiskal, kebijakan
pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan produksi terjadi akibat adanya
kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau
permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.
Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang
tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai
dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya
posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau
skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu
kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama
dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
- Kenaikan harga, misalnya bahan baku
- kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang
D. Dampak Terjadinya Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negative tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap,
inflasi sangat merugikan. Contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990.
Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun
di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya
tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
E. Kebijakan-kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi
Inflasi
1. Kebijakan Fiskal
Ketika inflasi terjadi maka untuk mengatasinya
pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pajak dan mengurangi
pengeluaran agregat. Usaha untuk mengurangi pengeluaran agregat yaitu dengan
cara mengurangi pengeluaran pemerintah, sehingga tekanan inflasi dapat
dikurangi.
2. Kebijakan Moneter
Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi
inflasi yaitu dengan cara menurunkan penawaran uang. Jika penawaran uang
menurun maka tingkat suku bunga akan meningkat. Akibatnya investor akan
mengurangi investasinya. Selain itu pengeluaran rumah tangga akan berkurang
karena mereka lebih menginginkan untuk menyimpan uangnya di bank. Dengan
demikian tingkat inflasi dapat dikendalikan.
2.3 Hubungan Antara Pengangguran dengan Inflasi
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha
memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu
produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi
unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk
pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses serupa akan
diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan
pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan
meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa ketika pemerintah
berniat untuk menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan
tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang berbeda antara inflasi dan pengangguran yaitu
jumlah orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki
pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini
dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah
pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun.
Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah pokok perekonomian
indonesia dapat ditarik kesimpulan, bahwa masalah pokoknya yaitu pengangguran
dan inflasi. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Dan inflasi adalah proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi menunjukan tingkat kenaikan harga, sedangkan
pengangguran kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan kerja
dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan
kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap Pengangguran.
Tingkat Pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah Inflasi, sebaliknya
bila tingkat Pengangguran tinggi tingkat harga-harga relatif stabil. Selain
itu, melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang (Inflasi),
berakibat pada lemahnya investasi pula, dan akhirnya berdampak pada menambahnya
Pengangguran karena tidak adanya kesempatan kerja.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu
ditanggulangi karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat
ditanggulangi secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran
yang tinggi, dan alternative lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan,
tetapi penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun dibarengi dengan
tingkat pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif
perpajakan dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan
itu.
DAFTAR PUSTAKA
No comments: