Materi Aqidah Akhlak Kelas X Semester 1

Ringkasan aqidah akhlak semester 1

BAB I

Memahami Akidah Islam

1.     Pengertian akidah dan akidah islam

Kata akidah berasal dari kata bahasa Arab عقد (aqada) Yang berarti ikatan. Akidah menurut bahasa adalah menghubungkan suatu ujungew dengan ujung lainnya dengan suatu ikatan sehingga menjadi sesuatu yang kuat,sulit dibuka,dan tidak tergoyahkan. Realisasi dari akidah islam merupakan bentuk pengamalan dalam kehidupansehari-hari diantaranya adalah meyakini bahwa tidak ada agama yang benar selain agama islam, kitab Al-quran adalah kitab yang terakhir diturunkan oleh Allah, Nabi Muhammad SAW. Merupakan penutup seluruh nabi dan rosul,dan meyakini bahwa orang yang tidak memeluk agama islam adalah kafir.

Ilmu akidah menurut para ulama sebagai berikut:

Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna:

"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan kekntentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan".

Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:

"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.

Semua yang terkait dengan rukun iman tersebut sudah disebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 285:yang artinya:

Rasulullah telah beriman kepada apa Yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang Yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang Dengan Yang lain Rasul-rasulnya". mereka berkata lagi: Kami dengar dan Kami taat (Kami pohonkan) keampunanMu Wahai Tuhan kami, dan kepadamu jualah tempat kembali".

2.     Meningkatkan kualitas aqidah islam

A.     Meyakini keesaan Allah

Setiap manusia harus memiliki aqidah yang benar tentang Tuhan, bahwa Dia adalah Esa. QS Al Ikhlas ayat 1-4 memberi petunjuk tentang jati diri Allah.

1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.                                              

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.        

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,                                     

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."                      

B.       Meyakini Allah menciptakan segala sesuatu

Dengan kuasa Allah alam semesta dicipta dengan sangat mengagumkan.

Alam raya dicipta Allah dengan tujuan dan bukan sia-sia

C.      Meyakini Allah menghargai dan memuliakan manusia (Unity of Mankind)

Manusia adalah makhluk Allah yang terhormat dan fungsional. Keterhomatan itu dapat dilihat dari segi kesempurnaan penciptaannya dibanding makhluk lainnya, sehingga Allah memuliakannya tanpa pandang status dan golongan dan secara fungsional manusia yang paling layak menjadi penguasa bumi.

D.    Meyakini Allah memberi petunjuk sebagai pedoman hidup (Unity of Guidance)

Pedoman hidup seorang muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Rasulullah SAW bersabda : “ Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua perkara yang tidak akan tersesat kamu selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya”. (HR. Ibnu Abdil Barr)

     Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengetahui apakah akidah seseorang berkualitas atau tidak dengan melihat cirri-ciri berikut.

Ciri-ciri orang yang akidahnya berkualitas adalah sebagai berikut:

1.      Kegiatan yang dilakukan selalu megharap rida Allah SWT.

2.      Hail usaha yang dilakukan selalu diserahkan kepada Allah SWT.

3.      Meyakini bahwa apa pun yang kita dapatkan merupakan hal yang terbaik untuk diri kita

4.      Mempunya prinsip bahwa hidup dan mati hanya untuk allah SWT

Ciri-ciri orang yang akidahnya tidak berkualitas sebagai berikut:

1.      Akidah yang diketahui hanya sekedar pengetahuan bisa dengantidak menerapkan dalam kehidupan

2.      Selalu mendasarkan hidup kepada keuntungan saja. Apabila akidah islam tidak menguntungkan maka di tinggalkan

3.      Hanya bis meyalahi nasib dan tidak berpikir untuk berusaha

4.      Bersikap munafik

 

3.     Metode meningkatkan kualitas akidah islam

Akidah islam merupakan dasar dalam menjalankan perintah dari ajaran yang terkandung dalam agama islam. Oleh karena itu akidah harus tetap dijaga bahkan harus di tingkatkan kualitasnya agar kita menjadi seorang muslim yang baik dari segi pandangan Allah.

Ada beberapa cara meningkatkan kualiatas akidah sebagai berikut:

A.    Metode uswah hasanah (teladan)

Metode ini dilakakun untuk meniru atau mencontoh orang-orang yang patut untuk di teladani. Dalam hal ini teladan dari emua umat islam adalah Nbi Muhammad SAW. Karena beliaulah yang mempunya akidah islam yang sempurna. Kualitas akidahnya tidak diragukan lagi karena Nabi Muhammad SAW. Yang membawa ajaran islam menjadi rahmatan lil’alamin.

B.     Metode al wa’ad wa al wa’id (janji dan ancaman)

Metode ini melihat segala perbuatan dengan sebab akibat, karena apa yang kita lakukan pasti ada akibatnya. Begitulah realisasi dari metode al wa’ad wa al wa’id, yaitu sebuah janji dan ancaman. Secara tidak langsung segala perbuatan kita dilakukan dengan mempertimbangkan akibat yang akan terjadi. Oleh karena itu, Allah SWT. Memberikan janji tetntang balasan kepada semua orang yang telah diperbuatnya.

C.     Metode Munaqasah wa mujadalah (diskusi dan berdebat)

Metode ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang akidah atau ilmu agama lainnya yang dapat menambah kualitas akidah kita. Dengan berdiskusi wawasan kita tentang akidah islam pasti akan bertambah dengan adanya bukti-bukti dari kebenaran akidah islam maka kualitas akidah kita dapat bertambah baik.

BAB II

BERTAUHID

1.     Pengertian tauhid

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Banyak para ulama yang mendefinisikkan tentang arti tauhid. Berikut ini merupakan salah satu pendapat ulam tentang tauhid:

1.      Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah memaparkan bahwa kata “tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan berdasarkan pengertian syariat, “tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5)

2.      Hamad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya, baik dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan. Allah Maha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya, tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Allah Maha Esa dalam urusan peribadahan, tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan bagi-Nya.

3.      Muhammad bin Abdullah Al-Habdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid, yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat). “La ilaha” adalah penafian/penolakan, maksudnya: kita menolak segala sesembahan selain Allah. Sedangkan “illallah” adalah itsbat/penetapan, maksudnya: kita menetapkan bahwa Allah saja yang berhak disembah. (At-Taudhihat Al-Kasyifat, hlm. 49)

2.     Nama-nama lain ilmu tauhid

Ilmu tauhid memiliki beberapa sebutan antara lain sebagai berikut

A.    Ilmu ushuluddin

Ushuluddin berasal dari dua kata, ushul dan ad-din. Ushul merupakan bentuk plural dari kata ashl yang berarti: asal, pokok, dasar, fundamen. Sedangkan ad-din berarti agama. Jadi, perkataan Ushuluddin menurut bahasa berarti pokok-pokok atau dasar-dasar agama.

B.     Ilmu 'Aqoid/'Aqoidul-Iman

Kata 'Aqoid berasal dari bahasa Arab, bentuk plural dari kata 'aqidah, berasal dari kata al-'aqdu yang berarti mengikat sesuatu. Namun, yang dimaksud dengan 'aqidah disini adalah sesuatu yang diimani oleh seseorang (مايدين به الانسان).

dapun guna mempelajari ilmu Aqo'id adalah untuk membetulkan dan meneguhkan iman manusia kepada Tuhan Allah SWT. Iman yang benar akan mengesahkan segala amal ibadah seperti, sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Dan surga menjadi pahala balasan di akhirat nanti. Namun jika iman seseorang tidak dalam posisi yang benar, maka semua amal itu akan sia-sia. Dan di akhirat nanti neraka sebagai ganjarannya.

C.     Ilmu kalam

Kata Kalam berasal dari bahasa Arab sebagai bentuk mashdar dari kata (كلم – يكلم) yang berarti perkataan atau kata-kata. Secara bahasa dapat berarti ilmu tentang kata-kata.

lmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas zat dan sifat Allah SWT beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islma. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis

Sedangkan mengenai kenapa dinamakan dengan Ilmu Kalam, yaitu dikarenakan:

-          Dalam membahas masalah-masalah ketuhanan tidak lepas daripada dalil-dalil akal yang sesuai dengan logika, dimana penampilannya melalui perkataan (kalam) yang jitu dan tepat. Ahli-ahli Ilmu Kalam adalah orang-orang yang ahli dalam berbicara, ahli dalam mengemukakan argumentasi dalam persoalan yang dibahasnya.

-          Persoalan yang terpenting dan ramai dibicarakan serta diperbincangkan pada masa-masa pertama Islam, terutama di awal pertumbuhan Ilmu Kalam  ialah firman Allah SWT (kalam Allah SWT) yaitu al-Qur'an. Apakah kalam Allah SWT itu qodim atau hadis.

D.    Ilmu illahiah

Ilmu tauhid juga dikenal dengan sebutan ilmu ilahiah, karana yang menjadi obyek utama ilmu ini pada dasarnya adalah masalah ketuhanan. Ilmu tauhid juga disebut dengan teologi. Kata Teologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "theos" yang berarti Tuhan dan "logos" yang berarti ilmu. Oleh karena itu teologi bermakna ilmu tentang tuhan atau ilmu tentang ketuhanan. Kata Teologi Islam digunakan oleh penulis-penulis ataupun orientalis barat untuk menyebut Ilmu Tauhid

Sebenarnya Ilmu Teologi Islam ini pengertiannya sama dengan Ilmu Tauhid. Hanya saja, kata inilah yang sering digunakan oleh penulis ataupun para orientalis barat..

3.     Ruang lingkup tauhid

Pokok-pokok pembahasan yang menjadi ruang lingkup ilmu tauhid meliputi tiga hal sebagai berikut:

1.      Ma’rifat al-mabda’ yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang penciptaan alam yaitu Allah SWT. Hal ini sering diartikan dengan wujud sempurna, wujud mutlak atau wajibul wujud

2.      Ma’rifat al-watsiqah yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan tentang para utusan Allah SWT. Yang menjadi utusan dan perantara Allah SWT. Dengan umat manusia dengan meyampaikan ajaran-ajarannya, tentang kitab kitab Allah yang dibawa oleh para utusannya dan tentang para malaikatnya

3.      Ma’rifat al-ma’ad yaitu mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ihwal yang ada didalamnya.

4.     Macam- macam tauhid

Ilmu tauhid di bagi beberapa macam. Untuk mengetahuianya macam-macam tauhid,marilah perhatiakan penjelasan sebagai berikut.

1.      Tauhid Uluhiah

Tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat taqarrub (mendekatkan diri) yang disyari’atkan seperti do’a, nadzar, qurban, raja‘ (pengharapan), takut, tawakkal, raghbah (senang), rahbah (takut) dan inaabah (kembali atau taubat). Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu’.” (QS. An-Nahl: 36).

2.      Tauhid Rububiyah

Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ (62)

 

3.      Tauhid Mulkiah

Ialah keyakinan bahwa Allah yang menguasai alam semesta dan hanya allah yang mengetahuianya.

4.      Tauhid rahmaniah

Ialah keyakinan bahwa semua pemberian atau ketentuan yang dibuat untuk kita adalah hanya allah yang memberinya dan hanya allah lah yang bekehendak

5.      Tauhid al asma wa al sifat

Yaitu beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah RasulNya shallallaahu ‘alaihi wa salam menurut apa yang pantas bagi Allah subhannahu wa ta’ala, tanpa ta’wiil dan ta’thiil, tanpa takyiif, dan tamtsil, berdasarkan firman Allah subhannahu wa ta’ala:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [الشورى/11]

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).

 

 

BAB III

Menjandi Hamba Allah yang berakhlak

 

1.     Pengertian akhlak

Akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata “khuluq” ( خلوق ) secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabi’at, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang”.

Menurut istilah Akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengandung pengertian sebagai suatu budi pekerti atau kelakuan. Jika diurai secara bahasa, akhlak berasal dari rangkaian huruf kha-la-qa yang berarti menciptakan. Dalam Islam, pengertian akhlak adalah suatu perilaku yang menghubungkan antara Allah SWT dan makhlukNya. Akhlak menyangkut kondisi internal, suasana batin seseorang sebagai individu.

Berikut pengertian akhlak menurut beberapa para ahli ulama adalah:

    Pengertian Akhlak Menurut Abu Hamid Al Ghazali: Akhlak adalah satu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan merenung terlebih dahulu.

    Pengertian Akhlak Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani: Akhlak adalah sesuatu sifat (baik atau buruk) yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.

    Pengertian Akhlak Menurut Ahmad bin Mushthafa: Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan; kekuatan berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.

    Pengertian Akhlak Menurut Ibnu Maskawaih: Akhlak adalah 'hal li an-nafsi daa'iyatun lahaa ila af'aaliha min goiri fikrin walaa ruwiyatin' yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2.     Macam-macam akhlak

A.    Akhlak terhadap Allah SWT

Akhlak terhadap Allah SWT adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat – sifat terpuji. Demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat_Nya.

B.     Akhlak terhadap manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam larangan melakukan hal negatif seperti membunuh, menyakiti atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang

dibelakngnya, tidak peduli aib itu benar atau salah. Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain. Namun dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain, akan tetapi dinyatakan pula bahwa beliau adalah rasul yang memperoleh wahyu dari Allah SWT. Atas dasar adalah beliau berhak memperoleh penghormatan melebihi manusia lain.

C.     Akhlak terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan oleh Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifaan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam. Kekhalifaan juga mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

3.     Metode-metode meningkatkan kualitas akhlak masyarakat

1.      Metode Syari’at

A.      Dengan cara membiasakan diri untuk melakukan kebaikan dan menjauhi yang dilarang syara’.

B.     Berusaha menjauhkan diri dari permusuhan.

C.     Membiasakan diri untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana kita tinggal.

2.      Metode Pengembangan Diri

A.    Berupaya meneladani perbuatan-perbuatan terpuji dari pribadi-pribadi yang dikagumi.

B.     Membiasakan konsisten untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan terpuji dan menghilangkan sifat-sifat tercela yang ada pada diri.

C.      Berusaha meningkatkan potensi-potensi baik yang ada pada diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

3.      Metode Kesufian

A.    Membiasakan diri bersifat zuhud.

B.     Melakukan riadloh/mendekatkan diri kepada Allah SWT.

C.      Berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah.

 

4.     Penerapan akhlak

 

A.    Akhlak kepada Allah

-          Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikanketundukkan terhadap perintah Allah.

-          Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati

B.     Ahlak kepada diri sendiri

-          Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.

-          Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan denganmenggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.

C.     Akhlak kepada keluarga

-          Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggotakeluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.

-          Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

Induk-induk akhlak terpuji

 

1.     Ruang Lingkup Akhlak Terpuji

Menurut Muhammad Abdullah Daraz dalam kitabnya dustur al-akhlaq fi al-Islami membagi ruang lingkup akhlak menjadi 5 bagian :

1.      Akhlak pribadi (al-akhlaq al-fardiyyah) meliputi sesuatu yang diperintahkan, dilarang, diperbolehkan dan dalam keadaan darurat.

2.      Akhlak berkeluarga (al-akhlaq al-lisariyah) meliputi kewajiban timbal balik antara orang tua dan anak, suami dan isteri serta terhadap saudara kerabat.

3.      Akhlak bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtamiyyah) meliputi sesuatu yang dilarang, yang diperintahkan, dan kaidah-kaidah adat.

4.      Akhlak bernegara (al-akhlaq ad-dauliyah) meliputi hubungan antara pemimpin dan rakyat.

5.      Akhlak beragama (al-akhlaq ad-diniyyah) yang dimaksudkan adalah kewajiban manusia terhadap Allah.

 

2.     Induk-induk akhlak terpuji

Akhlak mencemirkan suatu tingkah laku seseorang. Adupan sifat atau tingkah laku seseorang dibagi menjadi dua, ada yang baik atau terpuji dan ada yang tidak baik atau tercela. Berikut merupakan penjelasan tentang induk induk akhlak.

Akhlak Terpuji merupakan akhlak yang harus dilakukan,sebab akhlak terpuji menjadikan manusia lebih bermanfaat. Kata lain dari akhlak terpuji adalah akhlak mahmudah. Di antara akhlak terpuji adalah sebagai berikut:

 

A.    Qanaah(قناعه)

Secara bahasa (Etimoogi), Qanaah artinya cukup, secara istilah (Terminologi) artinya masa cukup dengan apa yang di miliki dan menjauhkan diri dari sifat ketidakpuasan/kekurangan.

Orang yang memilki sifat Qanaah akan senantiasa merasa tentram dan merasa berkecukupan apa yang dimilikinya selama ini dan yakin hakikat kaya atau miskin tidak diukur dari banyak dan sedikitnya harta, akan tetapi terletak kepada hatinya untuk menerima dan mensyukuri segala karunia dari Allah SWT, Rasulullah bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرْضِ وَلكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

Artinya: bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa. “(HR. Bukhari Muslim).

B.     Iffah

secara bahasa, ‘iffah adalah menahan. Adapun secara istilah adalah ; menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian, seorang yang ‘afif adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.

Fungsi :

a. Meraih pahala yang besar di akherat.

b. Mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan besar di dunia.

c. Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan.

 

C.     Syajaah

menurut bahasa syajaah adalah benar atau gagah. Secara istilah syajaah adalah keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Jadi syaja’ah adalah keberanian yang berlandaskan kebenaran dan di lakukan dengan penuh pertimbangan.

 contoh :

 

1.Keberanian Jihad Fii Sabilillah (mengahadapi musuh dalam peperangan).

2. Keberanian menyatakan kebenaran (kalimah al-haq) meskipun di  depan penguasa yang zalim.

3. Keberanian untuk mengendalikan diri tatkala marah sekalipun dia mampu melampiaskannya.

 

D.    Adalah (adil)

A’dholah (adil) adalah dimana semua orang mendapat hak menurut kewajibannya. adil merupakan suatu sikap yang tidak memihak atau sama rata, tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, tidak ada pilih kasih dan masih banyak lagi persepsi yang lainnya.

 

Fungsi :

1. Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan     akhirat.

2. Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya.

3. Mendapat keridhaan dari Allah SWT.

4. Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia.

5. Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun akhirat.

6. Keadilan merupakan jalan menuju surga.

E.     Istiqomah

istiqamah berarti teguh pendirian berpegang kepada sesuatu yang diyakini kebenaranya menurut Allah SWT dan tidak berubah dalam keadaan bagaimanapun. Sikap istiqamah ini sangat baik dimiliki orang yang beriman karena akan diberi ketenangan hidup, hilang rasa takut, sedih, petus asa dalam keadaan bagaimanapun,

                         Rasullullah menjelaskan tentang istiqamah sebagai berikut:

عَنْ أَبِي عَمْرو، وَقِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ سُفْيَانُ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ قُلْ لِي فِي اْلإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَداً غَيْرَكَ . قَالَ : قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ

Artinya: “dari Ibnu Amr r.a katanya, aku berkata : “ hai rasulullah, katakanlah padaku tentang Islam, sesuatu perkataan yang aku tidak menanyakan lagi kepada seseorang selain engkau, nabi bersabda: “katakanlah aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah. (HR. Muslim).

 

F.      Tasamuh

secara bahasa tasamuh berarti toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai, secara istilah tasamuh artinya suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia.

Didalam hidup bermasyarakat akan menemui berbagai macam perbedaan, diataranya suku bangsa, warna kulit, bahasa, ide, agama dan lain-lain, yang menuntut kita untuk tetap menjaga persatuan , kerukunan, hormat menghormati, karena kita merupakan makluk Allah dan yang membedakan antara individu satu dengan yang lainya adalah taqwanya,

Jalinan toleransi untuk sesama muslim merupakan suatu kewajiban yang terikat tali aqidah yang sama, sebagaimana dijelaskan oleh hadist:

لايؤ من احدكم حت يحسب لئ حيه م يحب لنفسه الحسنه ياء كل

Artinya: “tidak sempurna iman seseorang diantara kamu,sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

G.    Sabar

Sabar adalah tahan menderita untuk menghadapi yang tidak disenangi dengan penuh ridha dan menyerahkan diri kepada Allah. Orang yang sabar dalam berbagai keadaan akan tetap tenang, selalau ingat Allah dan berserah diri kepada-Nya. Orang yang tabah akan tahan menderita kalau terkena musibah, tidak lekas putus asa dalam menunaikan kewajiban serta meraih cita-cita

 

Macam-macam sabar

1.    Sabar dalam ketaatan (  الصبر على الطا عه ) adalah: sabar dalam usaha untuk melaksanakan ketaatan kepada allah SWT, bagaimanapun keadaanya tetap istiqamah didalam ketaatan kepada allah dan menjahui segala yang dilarang Allah serta menjahui segala tipu daya syetan.

2.    Sabar dalam meninggalkan maksiyat (الصبر على المعصية) ketahanan diri untuk menghindarkan diri dari segala bentuk maksiyat yang akan mendatangkan murka Allah dan akan merugi didunia dan akhirat.

3.    Sabar dalam musibah, sebagai orang yang beriaman musibah merupakan ujian keimanan, jika musibah disikapi dengan tidak iklas dan tawakal kepadaAllah , maka justru akan membuat jauh dari Allah dan menjadi negative kepada Allah, oleh karena itu segala musibah harus diterima dengan sabar, tawkal dan iklas yang akan mengangkat derajat keimanan yang lebih tinggi.

 

BAB V

Induk-induk akhlak tercela

1.     Definisi akhlak tercela

Akhlak buruk atau akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela dan akhlak baik pun bisa menjadi akhlak tercela jika dalam melakukan perbuatan baik itu niat dan cara melakukannya dengan cara tidak baik.

Segala bentuk akhlak yang bertentangan dengan akhlak terpuji disebit dengan akhlak tercela. Akhlak terceka merupakan tingkah laku yang tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan adapat menjatuhkan amartabatnya sebagai manusia.

Sebagai maunsia yang beriman kita harus menjauhi akhlat tercela, sebagaimana yang nyatakan dalam beberapa keterangan.

1.      Rasulullah saw.bersabda:

“ seandainya akhlak buruk itu seseorang yang berjalan ditengah-tengah manusia, ia pasti seseorang yang buruk. Sesungguhnya Allah tidak menjadikan perangiku jahat.”

2.      Rasulullah saw bersabda:

“ sesungguhnya akhlak tercela merusak kebaikan sebagaimana cuka merusak madu”.

 

2.     Macam-Macam induk tercela

Akhlak tercela juga disebut akhlak mazmumah. Sifat atau akhlak tercela harus dihindari bahkan dilarang untuk dilakukan. Karena apabila dilakuakan bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi akan meruggikan orang lain. Di antara akhlak tercela harus dihindari sebagai berikut adalah:

A.    Israaf

Berlebih-lebihan (israaf)adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih-lebihan antaralain:

1.      Memikirkan dan merenungkan akibat dan bahaya Israf. 

2.      Mengenjdalikan nafsu, dan mengarahkan untuk memikul beban dan kesulitan seperti shalat malam, shadaqah, shaum sunat , dll.

3.      Senantiasa memperhatikan sunnah dan perjalanan hidup Rasulullah SAWSelalu memperhatikan kehidupan orang-orang salaf dari kalangan sahabat, mujahiddin dan ulama.

4.      Tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang Israf.

B.     Riya

Riya berasal dari bahasa arab ri’aun atau riya’ yang artinya   memperlihatkan.

Menurut bahasa riya’ berarti pamer, memperlihatkan,            memamerkan, atau ingin memperlihatkan yang bukan sebenarnya.          Sedangkan menurut istilah riya’ dapat didefinisikan “memperlihatkan         suatu ibadah dan amal shalih kepada orang lain, bukan karena Allah tetapi           karena sesuatu selain Allah, dengan harapan agar mendapat pujian atau     penghargaan dari orang lain.” Sementara  memperdengarkan ucapan             tentang ibadah dan amal salehnya kepada orang lain disebut sum’ah (ingin             didengar).

Adapun menurut istilah riya adalah melakukan sesuatu karena         ingin dilihat atau ingin dipuji orang lain.

            Riya’ merupakan perbuatan tercela dan merupakan syirik kecil yang            hukumnya haram. Riya’ sebagai salah satu sifat orang munafik yang    seharusnya dijauhi oleh orang mukmin. Simak QS. An Nisa’ : 142 :

 

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً

 

            Artinya : “Sesungguhnya orang-rang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan jika mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas, mereka bermaksud riya’ (dengan shalat itu)             dihadapan manusia, dan tidaklah mereka dzkiri kepada Allah kecuali          sedikit sekali.”

C.        Tabdzir

Kata tabzir berasala dari kata bahasa arab yaitu bazara,yubaziru tabzir yang artinya pemborosan sihingga menjadi sia-sia, tidak berguna atau terbuang. Secara istilah tabzir adalah membelanjakan/mengeluarkan harta benda yang tidak ada manfaatnya dan bukan dijalan Allah. Sifat tabzir ini timbul karena adanya dorongan nafsu dari setan dan biasanya untuk hal-hal yang tidak disenagi oleh Allah serta ingin dipuji oleh orang lain

Jika israf menekankan pada berlebih-lebihannya maka, tabzir menekankannya pada kesia-sian benda yang digunakan itu. Sikap tabzir dapat terjadi dalam berbagai hal, misalnya boros dalam menggunakan uang, boros dalam menggunakan harta, boros dalam menggunakan waktu dan lain sebagainya

Cara menghindari sifat tabzir :

-          Memiliki keinginan yang kuat untuk membina kepribadian istri dan anak-anaknya.

-          Selalu memikirkan dan merenungkan realita kehidupan manusia pada umumnya dan kaum muslimin khususnya.

-          Memikirkan dan merenungkan akibat dan bahaya tabzir.

-           Tidak menjalin persahabatan dengan orang-orang tabzir.

D.    Fitnah

Dalam bahasa sehari-hari kata ‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan suatu perbuatan kepada orang lain, dimana sebenarnya orang yang dituduh tersebut tidak melakukan perbuatan yang dituduhkan. Maka perilaku tersebut disebut memfitnah. Allah SWT berfirman:

Artinya:’’ Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.’’

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari fitnah:

-          Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap masalah.

-          Jangan membuka rahasia atau aib orang lain.

-          Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang seama manusia,dll

E.     Serakah

Serakah artinya merasa tidak senang dan tidak cukup degan apa yang telah didapat nya sekarang meskipun yakin bisa mendapatkan lebih banyak.

 

Sifat serakah dapat dihindari dengan cara :

-          Menyadari bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk pribadi akan tetapi juga sebagai makhluk sosial yang hidupnya saling membutuhkan.

-          Menyadari bahwa nikmat seperti rizki dan musibah seperti penyakit berasal dari Allah untuk semua manusia

-          Melatih diri untuk membiasakan membantu orang lain dan memperhatikan \kepentingannya

 

F.      Takabur

Takabbur adalah: merasa paling mulia (serba bisa, paling hebat), adapun secara istilah yaitu menetapkan sesuatu pada dirinya terhadap segala sifat yang baik dan luhur karena memiliki harta yang banyak atau ilmu yang tinggi.Dari pengertian diatas, takabbur dapat diartikan merasa atau menganggap diri besar dan tinggi yang disebabkan oleh adanya kebaikan atau kesempurnaan pada dirinya, baik berupa harta, ilmu atau yang lainnya.

 

 

No comments:

Powered by Blogger.